Pembahasan Tari KaronsihTari Karonsih berasal dari Jawa Timur. Kata Karonsih berasal dari Bahasa Jawa ‘kekaron atau sakloron tansah asih’ yang artinya keduanya saling mencintai. Melambangkan kisah asmara Dewi Sekartaji yang biasa disebut putri Galuh Candra Kirana dengan kekasihnya yang bernama Panji Asmara Bangun.
Tarian ini sering ditampilkan pada resepsi pernikahan. Diharapkan dengan adanya tarian Karonsih, maka percintaan kedua mempelai bagaikan cinta kasihnya Galuh Candra Kirana dengan Panji Asmara Bangun. Tarian ini mengisahkan kecintaan dan kerinduan Dewi Sekartaji saat ditinggal oleh Panji Asmara Bangun, suaminya.
Gendhing untuk mengiringi tarian ini diawali dengan irama Pathetan Pelog 5 – Ktw. Pangkur Ngrenas Pelog 5 diteruskan Gangsaran kemudian malik (ganti nada) Slendro – Ktw. Kinanthi Sandhung Slendro Menyuro – Lambangsari dan diakhiri Ldr. Sigromangsah Slendro Menyuro.
Tarian ini biasanya ditampilkan pada pesta perkawinan adat Jawa. Setelah upacara adat bersama sanak keluarga, pengantin bersama kedua orangtua dan pager ayu diiringi penari cucuk lampah menuju pelaminan. Setelah duduk di pelaminan inilah Tari Karonsih ditampilkan namun ada juga yang menampilkan penari pria sebagai tokoh Panji Asmara Bangun ikut mengiringi pengantin sebagai penari cucuk lampah. Sebelum pernikahan dimulai, biasanya penari pria akan membimbing pengantin dan keluarga menuju ke pelaminan.
Dengan iringan Ladrang Temanten, penari dan pengantin serta keluarga berjalan bersama ke pelaminan. Nama tarian ini adalah Cucuk Lampah. Penari pria akan menari gila-gilaan atau hanya tayungan (berjalan pelan untuk penari putra alus dan gagah). Ketika semua pengantin dan semua keluarga sudah berada di pelaminan, tari karonsih pun langsung disajikan setelah berdoa bersama dan beberapa patah kata dari keluarga.
Galuh merupakan putri dari kerajaan Kertamata asal Kediri dan Panji adalah putra dari Prabu Lembu Amiluhur Raja Jenggala. Dikisahkan Panji Asmara Bangun harus meninggalkan kraton dengan menyamar sebagai orang biasa untuk mengetahui keadaan seluruh masyarakat Kerajaan Kediri. Kepergian tanpa pamit ini membuat Dewi Sekartaji menjadi kelimpungan. Sebagai seorang istri, ia merasa kehilangan akan belahan jiwanya. Bersama inangnya, Dewi Sekartaji berusaha mencari keberadaan Panji Asmara Bangun. Sekartaji menunggu dan terus menunggu kedatangan sang suami, tapi yang ditunggu tak kunjung datang. Sekartaji mencari keberadaan Panji Asmarabangun, dan dia berdoa kepada sang kuasa, agar tidak terjadi sesuatu kepada suami tercintanya. Tanpa dia sadari, di tengah-tengah doanya, sang pujaan hati datang menghampiri tapi dengan sedikit jual mahal, Sekartaji lalu pergi, kecewa karena dibiarkan menunggu tertalu lama. Mengetahui bahwa sang istri kecewa, Panji Asmara Bangun pun mencoba merayunya dengan berbagai cara. Mulai dari mengejarnya hingga mengambilkan bunga kesukaan Sekartaji dan memakaikannya di kepala Dewi Sekartaji. Akhirnya Dewi Sekartaji takluk dan gembira menari bersama suaminya tercinta.
Komentar
Posting Komentar